Sunday, March 20, 2011

Lima perkara aneh

Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqih yang mashyur. Suatu ketika dia pernah berkata, “ayahku menceritakan bahwa antara nabi2 yang bukan rasul ada yang menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.

Maka salah seorang nabi yang menerima wahyu lewat mimpi itu, pada suatu malam bermimpi diperintahkan yang berbunyi, “esok engkau diperintahkan keluar dari rumah pada waktu pagi menuju ke barat. Engkau diperintahkan berbuat, pertama ; apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua ; engkau sembunyikanlah, ketiga ; engkau terimalah, keempat ; jangan engkau putuskan harapan, kelima ; larilah engkau daripadanya.

Pada keesokan harinya, nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju kebarat, dan kebetulan yang pertama dihadapinya adalah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata, “aku diperintahkan memakan pertama yang aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan.”

Maka nabi it uterus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar roti. Maka nabi itu pun mengambilnya dan disuapkannya kedalam mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur Alhamdulillah.

Kemudian nabi itu meneruskan perjalanannya, lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia teringat arahan mimpinya, supaya disembunyikan, lantas nabi itu menggali sebuah lubang, lalu ditanamkan mangkuk emas itu kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu keluar lagi. Nabi itu pun menanamkannya lagi hingga 3 kali berturut-turut.

Maka berkatalah nabi itu, “aku telah melaksanakan perintahmu”. Lalu dia pun meneruskan perjalanannya, tanpa disadari oleh nabi itu mangkuk itu telah keluar lagi dari tempat ditanamkannya.

Ketika dia sedang berjalan tiba-tiba ia melihat seekor burung elang sedang mengejar seekor burung kecil, kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, “wahai Nabi Allah tolonglah aku”

Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati, lalu dia pun mengambil burung itu, dan dimasukkan kedalam bajunya. Melihat keadaan itu, lantas burung elang itu dating menghampiri nabi itu sambil berkata, “wahai nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku.”

Nabi itu teringat pesanan arahan dalam mimpinya, yang keempat yaitu, tidak boleh putuskan harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya dia membuat keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pahanya, dan diberikan kepada elang itu. Setelah mendapat daging itu elang pun terbang dan burung kecil tadi dilepaskan dari dalam bajunya.

Setelah kejadian itu, nabi meneruskan perjalanannya. Tidak lama kemudian dia bertemu dengan sebuah bangkai yang amat busuk baunya, maka dia pun bergegas lari dari situ karena tidak tahan menghirup bau yang menyakitkan hidungnya. Setelah menemui kelima peristiwa itu, maka kembalilah nabi ke rumahnya. Pada malam itu, nabi pun berdoa. Dalam doanya dia berkata, “ya Allah, aku telah melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang engkau beritahu dalam mimpiku, maka jelaskanlah arti dari semuanya ini.”

Dalam mimpi beliau telah diberitahu oleh Allah SWT, bahwa yang pertama kau makan itu ialah Marah. Pada mulanya nampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat melawannya serta menahannya, maka marah itu pun menjadi lebih manis daripada madu.

Kedua, semua amal kebaikan, walaupun disembunyikan maka ia akan tetap nampak jua.

Ketiga, jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu berkhianat dari nya.

Keempat, jika orang meminta kepadamu maka usahakanlah untuknya demi membantu dia, meskipun kau sendiri berhajat.

Kelima, bau yang busuk itu adalah Ghibah (menceritakan hal seseorang / gosip) maka larilah dari orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah.

Saudara-saudaraku, kelima kisah ini hendaklah semaikan/tanam dalam diri kita, sebab kelima perkara ini senantiasa berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Perkara yang tidak dapat kita elakkan setiap hari ialah membicarakan orang, memang menjadi tabiat seseorang itu suka membicarakan hal orang lain. Haruslah kita ingat bahwa membicarakan seseorang itu akan menghilangkan pahala kita sebab ada sebuah hadist mengatakan diakhirat nanti ada seorang hamba Allah yang akan terkejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya. Lalu dia berkata, “wahai Allah, sesungguhnya pahala yang Kamu berikan ini tidak pernah aku kerjakan di dunia dulu.”

Maka Allah SWT berfirman, “ini adalah pahala orang yang yang membicarakan dirimu.” Dengan ini haruslah kita sadari bahwa walaupun apa yang kita bicarakan itu memang benar, tetapi membicarakan itu akan merugikan kita sendiri. Oleh karena itu, hendaklah jangan membicarakan hal orang lain walaupun itu benar adanya.

No comments:

Post a Comment